Puisi – puisi Agil Hanafi

Kumpulan Puisi Agil Hanafi

Embun Pagi

Kasih yang membuat aku terkesipu

Membuat hati terasa pilu

Menyadarkan diriku, pada jalan liku – liku

Membuat hati tak sadar akan ada seperti itu

Tetesan embun selalu datang di waktu pagi

Rumput yang melambai – lambai memanggil pagi

Ingin rasanya pergi dari hati yang perih

Andaikan pagi tetap, tak pergi dari hari ke hari

Embun takkan hilang tempatku merenungkan hati yang pilu

Mengadu tentang rasa yang ku alami di pagi itu

Agil Hanafi

Kuliah

Tinggi jenjang telahku lewati

Goresan pena mengatarkanku kesini

juang dulu,  dinikmati saat ini

Jalan liku, hati terpaku, jiwa semangat yang luntur

Membuat mataku sayu… jiwa layu

Tumpukkan donor ilmu telah tertumpuk

Pikiran terisi dompet  tak berisi

Letih orang tua yang hanya ingin melihat

Anaknya jadi Sarjana.. lelah akan terbayarkan Demi satu tujuan Sukses

Agil Hanafi

Aktivis Kemanusiaan

Terlihat..  tersentuh… jiwa yang terdalam

tergerak jiwa terpanggil datang

Mendekati.. merasakan.. mengobati

jiwa yang tak terbayangkan akan dipanggil

Hanya hati tergerak

Wahaii jiwa yang dikandung badan

Tidakkah kita mampu bergerak

Orang – orang memanggil datang..

Datanglah… wahaaiii kawan seiman

Banyak duka terlihat..

Darah bertebaran.. kesakitan ..

Mereka Merenggek – renggek..

wahaaii aktivis Kemanusiaan

Kalianlah … kalianlah… kebanggaan kami

Kalian lah Pahlawan…

Kalian tak berharap apapun

Yang kalian harapkan orang bisa diselamatkan

Tanpa memikirkan bagaimana jiwa kalian

Bisa membantu sesama… Takkan dapat tak merdeka

Agil Hanafi

Air Bangis

Sinar pagi menyambut senyum damai

Negeri yang elok indah permai

Alam memanggil datang melambai – lambai

Barisan kelapa menyambut pulangnya para Nelayan

Ayunan  buayan yang senada  deburan ombak

Deburan air ombak sejalan dengan kedamaian hati

Negeri yang di lingkung pulau nan sembilan

Teluk nan sembilan… negeri nan serba sembilan

Sesawahan, perkebunan dihiasi dengan bukit – bukit

Betapa ayu pemandangan… mesyukuri nikmat tuhan yang hakiki yang tak terbayarkan

Ayahku Nahkodaku

Ayah.. Kau mentari pagi yang bersinar mekar

Walaupun Matahari membuat kulitmu terbakar

Kau tetap kekar…

Usiamu di habiskan oleh lautan biru

Tempat kau mengadu nasib jiwa yang sembilu

Anak – anakmu membubuh rasa pilu

Impian yang tinggi..membuat kau lupa akan dirimu

Ayah.. Andaikan kami merasakan bagaimana perjuangmu

Kami tak akan pernah biarkan kau seperti itu

Kulit yang makin menua tenaga makin melemah

Takkan pernah berhenti berkuras

Hati yang terkuras…

Pilu… melihatmu masih setia kepada lautan

Tempat kau berjihad dijalan Allah, Demi keluargamu

Agil Hanafi

Share this:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *